Layu Sebelum Mekar

Ruang Cerita: Layu Sebelum Mekar
Ruang Cerita: Layu Sebelum Mekar

SAPABENTALA.com – Di antara tumpukan naskah dan layar yang berpendar, bersemi sebuah kisah cinta yang unik. Kasa, sang penyihir visual dengan mata sendu dan senyum ragu, bagaikan bulan yang tersembunyi di balik gelapnya malam, jatuh hati pada Kala, sang jurnalis berapi-api dengan ambisi yang membara, laksana matahari yang bersinar terang.

Pertemuan mereka bagaikan takdir yang tak terelakkan. Di sanalah, di antara hiruk pikuk dunia jurnalistik, Kasa terpesona oleh kelincahan Kala merajut kata, menuangkan ide menjadi berita yang menggugah jiwa. Kala, di sisi lain, terpikat oleh kepiawaian Kasa menghidupkan cerita melalui lensa kameranya, mengubah momen menjadi kenangan yang abadi.

Namun, kisah cinta ini bukan tanpa rintangan. Kasa, dihantui bayang-bayang keraguan diri, bagaikan pengecut yang tak berani mengungkapkan perasaannya. Kala, terseret arus kesibukan mengejar mimpi, tak menyadari gejolak cinta yang tersembunyi.

Waktu terus berputar, dan jarak pun memisahkan mereka. Kala, mendapat tawaran emas untuk memimpin tim jurnalistik di kota lain, harus meninggalkan Kasa yang terpaku dalam diamnya. Di malam perpisahan, Kasa ingin meneriakkan cinta yang terpendam, namun kata-kata tertahan di ujung lidah. Hanya tatapan sendu dan hati yang pilu yang mampu mengantarkan Kala pergi.

Kasa terjerat dalam penyesalan, terbelenggu oleh rasa takut yang merenggut kesempatannya. Kala, melangkah maju dengan ambisinya, tak menyadari cinta yang telah dibiarkannya pergi. Kisah cinta mereka bagaikan bunga yang tak sempat mekar, layu sebelum berkembang.

Kisah cinta Kasa dan Kala adalah kisah tentang cinta yang terhalang keraguan dan kesibukan. Kisah yang mengingatkan kita bahwa terkadang, cinta sejati tak terucapkan, namun hanya terukir di relung hati yang terdalam. Kisah yang mengajak kita untuk berani melangkah, mengungkapkan perasaan sebelum terlambat, dan meraih kebahagiaan sebelum pudar ditelan waktu.

Baca Juga: Kasa: Sebuah Nama Tentang Lara dan Bahagia

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *