Kasa: Sebuah Nama Tentang Lara dan Bahagia

Ruang Cerita Sapabentala - Freepik/TravelScape
Ruang Cerita Sapabentala - Freepik/TravelScape

SAPABENTALA.com – Kasa, namaku. Bunyi yang sederhana, namun dalam relung jiwaku, ia menyimpan sejuta makna. Dulu, orang tuaku mungkin berharap aku menjadi seperti namanya, selalu siap menjadi penyejuk hati yang terluka. Namun, takdir menuntun langkahku ke jalan yang berliku.

Kini, Kasa tengah berjibaku dalam labirin persoalan hidup. Pikirannya bagai hutan belantara yang gelap gulita, dipenuhi oleh monster-monster yang meraung-raung. Di tengah kegelapan itu, Kasa dihadapkan pada persimpangan jalan: cinta atau perjuangan.

Kala, bidadari yang menawan, menjadi cahaya penuntun sekaligus bayang-bayang yang menghantui. Namun, demi masa depan dan cinta yang abadi, Kasa memilih untuk menyingkirkan monster-monster itu terlebih dahulu.

Keputusan itu menancapkan duri dalam relung hati Kasa, membuatnya menghindar bak kucing ketakutan setiap kali bertemu Kala. Tatapan Kala bagai pedang yang menusuk kalbu, membuatnya enggan beradu pandang

Bayang-bayang kehilangan Kala menghantui mimpinya, bagai hantu tak berwujud yang terus merayap di kegelapan. Dan Kasa, dalam keragu-raguannya, telah menanam benih duri di taman cinta mereka.

Ketakutan terbesar Kasa kini menjelma menjadi kenyataan pahit bagai duri dalam daging. Kala, sang pujaan hati, akhirnya menerima lelaki lain yang berani membuang lajangnya.

Lelaki yang selama ini dinanti Kala bagai oase di tengah gurun, tak seperti Kasa yang hanya mampu membuat Kala kebingungan bagaikan kapal yang terombang-ambing dalam lautan keraguan.

Bagai wayang kulit yang dipajang di balik layar. Kasa menyaksikan lakon cintanya dipentaskan oleh orang lain. Senyum pahitnya adalah taburan bedak yang menutupi luka di hatinya. Meski begitu, ia tetap merapal mantra doa agar Kala bahagia, meski bukan bersamanya.

Kasa, dalam sunyi nya, menengadah ke langit. Nama yang sederhana kini terasa begitu dalam. Ia bagai wayang kulit yang terlunta, dihempas angin nestapa. Luka di hatinya menganga lebar, seperti jurang yang tak berdasar.

Dalam kegelapan, ia meraba-raba mencari cahaya, berharap suatu saat nanti, monster-monster itu akan sirna dan ia bisa kembali berdiri dengan tegar, meski tanpa pelita Kala.

Setiap desah napasnya adalah simfoni pilu yang merangkai kisah tentang cinta yang tak terucap, tentang rindu yang terbelenggu dalam diam. Kasa, sebuah nama yang sederhana, kini menjadi saksi bisu perjalanan hati yang terluka, mencari sinar di balik kelam, berharap akan ada cahaya diujung lorong kegelapan.

Kasa sadar, bahwa cinta tak selamanya berujung bahagia, kadang ia hanya menjadi saksi bisu perjalanan hidup yang penuh liku.

Baca Juga: Kopi, Senja, dan Minyak Kayu Putih

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *